
Implementasi PHBS melalui Sefl-Reflection di Lingkungan Sekolah Berbasis Boarding
August 24, 2020
Peningkatan Status Gizi Anak melalui Program Promosi Gizi Berbasis Sekolah di Sekolah
August 24, 2020Kita pasti sudah tidak asing dengan slogan “MEN SANA IN CORPORE SANO” atau ‘MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI”. Dan pasti sering juga mendengar iklan salah satu sabun antibakteri dengan slogan “99% KUMAN HILANG DALAM 10 DETIK”. Tujuan dibuatnya slogan dan iklan tersebut selain untuk keperluan pemasaran, juga salah satu bentuk kampanye untuk mempromosikan perilaku hidup sehat dan bersih.
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih atau biasanya disingkat PHBS itu apa, sih? Menurut Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan dengan kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Jadi, mengapa kita harus menerapkan PHBS? Mengapa PHBS itu penting? Kondisi sehat tidak serta-merta terjadi dalam diri kita. Perlu adanya edukasi dan pola pikir sehat yang harus ditanamkan dan diusahakan oleh diri sendiri. Tujuan utama adanya PHBS adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Kesehatan yang pada hakikatnya adalah hak asasi manusia, harus diperjuangkan dan diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Melakukan PHBS akan meningkatkan kualitas diri sebagai individu dan investasi pengembangan diri manusia untuk bekerja secara produktif.
Ketika masih duduk di bangku sekolah, kita mempelajari bagaimana cara menjaga kesehatan tubuh, cara merawat tubuh, dan cara menjaga kebersihan lingkungan. Tetapi, hal itu tidak membuat kita mampu mempraktikkannya dan mengetahui dampak dari tindakan tersebut.
Menurut World Health Organization, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta jiwa di negara berkembang, terutama anak-anak meninggal dunia karena berbagai penyakit yang disebabkan kurangnya air bersih, sanitasi yang kurang higienis, dan lain-lain. Kondisi ini membuat pemerintah, dalam hal ini Kementrian Kesehatan melakukan upaya, salah satunya PHBS.
Menurut Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/XI/2011, PHBS terbagi menjadi 5 tatanan, yaitu 1) tatanan rumah tangga, 2) tatanan institusi pendidikan, 3) tatanan tempat kerja, 4) tatanan tempat umum, 5) tatanan fasilitas kesehatan. Kelima tatanan ini saling memengaruhi satu sama lain.
Diantara 5 tatanan tersebut, tatanan institusi pendidikan menjadi sasaran dan perhatian utama. Penyuluhan tentang PHBS di sekolah penting untuk dilakukan karena siswa yang masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Usia siswa sekolah merupakan usia yang peka dan mudah menerima perubahan. Selain itu, siswa menghabiskan banyak waktu di sekolah dalam waktu 5-6 hari. Hal ini membuat sekolah harus menjadi contoh atau model dalam menjalankan PHBS dalam lingkungan sekolah.
Pelaksanaan PHBS berdasarkan hasil survei cepat pada tahun 2009 di Kabupaten Ciamis menunjukkan masalah perilaku: 83,7% siswa merokok, 63,6% siswa belum rutin berolahraga. Masalah lingkungan sekolah yang meliputi: 63% sekolah yang belum memiliki jamban, 62% sekolah yang belum mengelola sampahnya dengan benar, dan 68% sekolah yang tidak memiliki selokan. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan penerapan PHBS penting untuk dilakukan.
Indikator PHBS yang dilaksanakan di sekolah, yaitu:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Tanpa sadar kita sering menyepelekan kegiatan cuci tangan. Tangan sering menjadi sumber penyakit karena banyak aktivitas yang kita lakukan dengan tangan. Sekitar 98% penyebaran kuman di tubuh berasal dari tangan. Cara cuci tangan yang benar menurut World Health Organization, yaitu:
- Basahi tangan dengan air.
- Tuang sabun pada tangan secukupnya untuk menutupi semua permukaan tangan.
- Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan lainnya.
- Gosok punggung tangan dan sela jari.
- Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari saling beratutan.
- Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar.
- Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku terkena sabun.
- Gosok tangan yang bersabun dengan air mengalir.
- Keringkan tangan dengan lap sekali pakai.
- Mengonsumsi jajanan sehat. Menurut kepala BPOM Batam, sejumlah kriteria makanan sehat, yaitu bebas cemaran fisik misalnya rambut dan pecahan kerikil, lalu bebas bahan kimia misalnya formalin, borax, methanil yellow, dan bebas dari mikrobiologi misalnya tidak menggunakan minyak yang sudah menghitam untuk menggoreng makanan.
- Menggunakan jamban bersih dan sehat. Ada 7 syarat jamban dapat dikatakan sehat, yaitu:
- Lubang resapan septic tank berjarak minimal 10-15 meter dari sumur atau sumber air minum.
- Kotoran atau tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
- Lantai kedap air dan landai/miring ke arah lubang pembuangan sehingga tidak ada air kotor yang menggenang.
- Dilengkapi dengan dinding dan atap pelindung serta cukup penerangan.
- Tersedia ventilasi udara.
- Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
- Bersihkan lantai dan jamban secara teratur.
- Olahraga yang teratur. Sekolah sudah mempunyai mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang biasanya diadakan satu minggu sekali. Usahakan untuk berolahraga minimal 10-15 menit dalam satu hari agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit.
- Memberantas jentik nyamuk. Jentik nyamuk biasanya dapat ditemukan di bak mandi atau tempat tergenangnya air. Memberantas jentik nyamuk membantu kita terhindari dari penyakit demam berdarah. Cara yang dapat dilakukan dengan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) dan gerakan tambahan, seperti menanam tanaman bunga lavender, daun sereh untuk mengusir nyamuk.
- Tidak merokok di lingkungan sekolah. Sekolah sudah pasti memiliki peraturan untuk melarang siswa merokok. Namun, masih banyak siswa ketika di luar sekolah memilih untuk merokok. Hal ini terjadi karena kurangnya edukasi tentang bahaya merokok dan dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar bagi perokok. Selain merugikan diri sendiri, rokok juga merugikan orang lain yang menghirup asap rokok tersebut yang disebut sebagai perokok pasif yang jauh lebih berbahaya daripada perokok aktif.
- Membuang sampah pada tempatnya. Hal ini pasti sudah menjadi hal yang sering kita dengar dan terkesan klise. Penyediaan tempat sampah yang benar terbagi menjadi 2, yaitu kotak sampah organik dan anorganik. Namun, melakukan pemilahan sampah masih kurang disadari siswa. Hal ini terjadi karena kurangnya edukasi tentang pentingnya pemilahan sampah. Sampah anorganik seperti plastik mempunyai nilai ekonomi yang bisa dimanfaatkan dan dijual kembali.
PHBS penting untuk dilakukan di sekolah karena sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa, tempat siswa menghabiskan banyak waktu dan tentu saja tempat menuntut ilmu. Sudah sepatutnya penyuluhan PHBS dilakukan dan PHBS diterapkan oleh seluruh warga sekolah.
NO PESERTA LG000252