
Meningkatnya Perilaku Sadar Gizi setelah Pemberian Wawasan Gizi Seimbang pada Remaja SMP Kelas VII di SMP Negeri 1 Mojokerto
August 24, 2020
Tips ABC untuk Anak Aktif di Era Pandemi
August 24, 2020Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merupakan hal penting yang perlu disadari dan dilaksanakan sebagai perilaku baik dilingkungan masyarakat, rumah maupun di sekolah. PHBS menjadi kebutuhan bagi setiap orang untuk mencegah terjadinya penyakit terutama penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. PHBS di sekolah merupakan upaya memberdayakan warga sekolah baik siswa maupun guru untuk tau, mau dan mampu mewujudkan sekolah yang sehat.
Indonesia termasuk negara tropis dengan kasus-kasus penyakit berbasis lingkungan yang tinggi, diantaranya Demam berdarah Dengue (DBD). DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD sering menjadi wabah di beberapa daerah termasuk Propinsi Nusa Tenggaara Timur (NTT). Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan melaporkan sejak Januari sampai Juli 2020 terdapat 71.633 kasus di Indonesia dengan 459 kasus kematian, sedangkan di NTT sebanyak 5.539 kasus dengan kematian sebanyak 56 orang.
NTT merupakan salah satu wilayah yang rawan terjadi kasus DBD pada musim-musim tertentu. Menyikapi tingginya kasus DBD di NTT maka berbagai strategi dilakukan terutama pada kelompok-kelompok resiko tinggi seperti siswa di sekolah. Banyak kajian ilmiah menemukan bahwa usia yang mudah terserang DBD adalah kelompok usia sekolah, terutama di waktu aktif belajar sekolah sekitar jam 8 sampai 10 pagi. Tentu saja ini ada kolerasi karena pada jam tersebut merupakan waktu menggigit aktif nyamuk Aedes Aegypti.
Pengendalian vektor nyamuk dapat dilakukan melalui pengendalian lingkungan (PSN) dan pengendalian secara biologis dan kimiawi. Secara biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan hwean dan tumbuhan diantaranya dengan memelihara ikan cupang didalam kolam. Secara kimiawi dapat dengan menaburkan bubuk abate ketempat penampungan air, dan dengan pengasapan (fogging) untuk membunuh jentik. Fogging dilakukan dengan menggunakan malathion dan fenthion sampai pada batas tertentu.
Upaya pengendalian DBD sangat membutuhkan peran serta masyarakat, tidak terkecuali siswa sebagai agent di sekolah. Pengendalian vektor nyamuk di sekolah dapat dilakukan melalui sosialisasi, PSN, abatesasi, pengasapan (fogging) dan perlindungan diri menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan satu-satunya cara paling efektif memberantas nyamuk dan memutus mata rantai penularan. PSN merupakan upaya memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan 3M Plus (Menutup, Menguras, Menimbun) dan memanfatkan barang bekas yang dilakukan secara terencana, kontinyu dan berkesinambungan.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin membantu menurunkan kepadatan vektor nyamuk, berdampak menurunkan kontak manusia dengan vektor nyamuk. Upaya ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penyakit DBD karena sampai saat ini vaksin khusus untuk mencegah DBD belum ditemukan dan obat yang efektif terhadap virus masih dalam tahap kajian dan penelitian. Apabila PSN berjalan baik maka kasus DBD semakin menurun.
Lingkungan sekolah merupakan tempat prioritas pencegahan DBD maka warga sekolah harus memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang upaya-upaya pencegahan yang diperlukan diantaranya melalui PSN. Dikenal dengan nama Jumantik (Juru Pemantau Jentik) adalah anak sekolah (SD-SMP) yang telah dilatih dan dibina sebagai juru pemantau jentik di sekolahnya. Jumantik diharapkan dapat menjadi Agent of Change ( pembawa pembaharuan) yang mengarah pada perubahan perilaku sadar dan tanggap terhadap PSN di sekolah. Jumantik memberikan pembelajaran moral tentang tanggung jawab dan pentingnya mengubah perilaku yang berorientasi pada paradigma sehat yang mendukung PHBS di lingkungan sekolah sejak dini.
Seorang Jumantik harus peka terhadap perilaku nyamuk, kapan menggigit dan terutama waspada pada musim hujan untuk mencegah DBD. Kader Jumantik diharapkan mampu menekan laju pertumbuhan jentik di sekolah dan merupakan ujung tombak pencegahan penyebaran DBD di sekolah. Peran dan tanggung jawab Jumantik di Sekolah diantaranya: a) memantau jentik dan melakukan PSN, b) membuat laporan hasil kegiatan, c) melakukan sosialisasi PSN dan bahaya DBD, di sekolah. Siswa yang menjadi Jumantik diharapkan dapat berperan sebagai penggerak dan motivator bagi siswa lainnya dalam kegiatan PSN disekolah.
Kegiatan PSN oleh Jumantik sangat efektif untuk mencegah terjadinya DBD, serta menumbuhkan kesadaran perilaku PHBS dikalangan anak sekolah sedini mungkin. Jumantik dapat menjadi motivator dan penggerak kegiatan PSN di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Harapannya melalui aksi Jumantik oleh siswa mampu mempengaruhi perilaku warga sekolah dan warga masyarakat untuk peduli dan tanggap terhadap PSN.
NO PESERTA LG000262