
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah
August 24, 2020
Pentingnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Sekolah
August 24, 2020Sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah, walaupun saat ini mereka terpaksa belajar secara daring. Masa interaksi yang cukup panjang ini menjadikan sekolah sebagai sarana terbaik untuk edukasi gizi, salah satunya melalui program kantin sehat. Setelah hampir sepuluh tahun diterbitkannya pedoman kantin sehat di sekolah,1 bagaimana tren pelaksanaannya saat ini?
Sebuah studi di SMP dan MTs Kota Malang menemukan bahwa penyajian makanan kurang higienis dan fasilitas kantin yang dimiliki masih terbatas.2 Sebagai contoh, hanya tersedia tiga meja dan 20 kursi untuk total lebih dari 500 siswa.2 Penjualan snack dan gorengan juga masih ditemui di sekolah-sekolah tersebut, serta sekolah belum memiliki manajemen operasional dan peraturan yang jelas terkait kantin sehat.2
Studi lain di Kabupaten Banyuwangi melaporkan bahwa kantin sehat di 22 sekolah memiliki higiene dan sanitasi berkategori sedang yang dibuktikan dengan rentang nilai 65-78% untuk fasilitas sanitasi dan bangunan kantin, higiene penjamah makanan dan keamanan pangan.3 Bahkan aspek sarana promosi kesehatan termasuk kategori rendah dengan nilai 60% dikarenakan kurangnya poster berisi pesan kesehatan.3 Dua studi tersebut menggambarkan penerapan program kantin sehat dan edukasi gizi yang belum maksimal, sekaligus mengindikasikan perlunya optimalisasi konsep lingkungan makan (food environment)dalam edukasi gizi di sekolah melalui pengadaan kantin sehat.
Lingkungan makan terdiri dari empat dimensi yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosiokultural, lingkungan ekonomi dan lingkungan kebijakan.4 Tiap dimensi ini sangat berpengaruh dalam mendorong siswa untuk memilih makanan yang sehat sekaligus membentuk kebiasaan makan yang sehat. Sebuah studi menyebutkan bahwa pengaruh lingkungan terhadap pilihan makanan dan kebiasaan makan seseorang bergantung pada bagaimana orang tersebut membuat keputusan, baik melalui proses reflektif atau impulsif.5 Proses reflektif didasari oleh pemikiran rasional, sedangkan proses impulsif dipengaruhi oleh rangsangan tertentu yang menghasilkan keputusan berupa tindakan spontan.5 Pengaruh kuat dari lingkungan terhadap pemilihan makanan termasuk dalam proses impulsif ini.5
Lingkungan fisik kantin sekolah meliputi bangunan kantin, fasilitas, penjual makanan di sekitar sekolah, serta makanan dan minuman yang disediakan di kantin.4 Kualitas bangunan dan kelengkapan fasilitas kantin sangat diperlukan untuk mendukung program kantin sehat karena kedua hal tersebut dapat memudahkan produksi makanan sehat serta menjaga makanan agar tetap higienis. Adanya jajanan tidak sehat yang dijual di kantin dapat menimbulkan pemikiran bahwa jajanan tersebut diperbolehkan oleh sekolah untuk dikonsumsi.6 Sebaliknya, ketersediaan makanan sehat akan mendorong para siswa untuk lebih memilih makanan sehat tersebut.
Di sisi lain, keberadaan minimarket atau warung di dekat sekolah dapat menjadi kompetitor bagi kantin sehat. Kebanyakan minimarket dan penjual makanan di sekitar sekolah masih menjual jajanan tinggi energi serta minuman tinggi gula yang berkontribusi pada kejadian obesitas.6 Di saat yang sama, kurangnya edukasi gizi dan lemahnya kontrol sekolah terhadap pembelian makanan di luar sekolah mengakibatkan fungsi kantin sehat tidak berjalan optimal. Tentunya risiko ini dapat diminimalisasi dengan beberapa tindakan seperti larangan membawa jajanan dari luar sekolah6 dan edukasi tentang jajanan sehat. Tindakan lainnya adalah mendukung operasional kantin sesuai dengan jadwal aktivitas siswa sehingga kebutuhan makanan tercukupi dengan suplai dari kantin. Misalnya, kantin dapat buka setiap hari hingga kegiatan belajar mengajar berakhir.
Lingkungan sosiokultural meliputi beberapa komponen seperti pengaruh orang tua dan adanya kegiatan edukasi gizi di sekolah.4 Sebuah studi melaporkan bahwa masih banyak orang tua yang tidak mendukung pembentukan kebiasaan makan yang sehat bagi anaknya, walaupun sebenarnya pengaruh orang tua juga cukup besar dalam pemilihan makanan dan pola makan siswa.6,7 Tiga penyebab utama dari hal ini adalah kurangnya waktu interaksi dengan anak, kurangnya pengetahuan tentang gizi, dan ketidakmampuan untuk membeli makanan sehat.6 Salah satu upaya yang disarankan untuk problem ini adalah melibatkan orang tua dalam kegiatan edukasi gizi serta menjelaskan pentingnya kebiasaan makan makanan sehat sejak dini.
Edukasi gizi di sekolah menjadi sangat penting dalam meningkatkan literasi siswa terhadap gizi dan kesehatan, sekaligus meluruskan persepsi salah terkait gizi yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan siswa. Edukasi ini tidak hanya diperuntukkan bagi siswa, tetapi juga para guru, staf, dan penjamah makanan agar lingkungan yang ‘melek gizi’ dapat lebih mudah terwujud. Edukasi dapat dimulai dengan topik-topik dasar seperti fungsi tiap zat gizi bagi tubuh dan pentingnya mengonsumsi makanan sehat. Topik penting lainnya adalah cara memproduksi makanan sehat yang menarik dan terjangkau bagi penjamah makanan. Selain itu, tindakan guru dan staf yang mengonsumsi makanan sehat akan memberikan contoh yang baik bagi siswanya.
Lingkungan ekonomi kantin sekolah meliputi harga makanan, kisaran uang jajan siswa, serta target kantin pada pencapaian laba.4 Penyediaan makanan dan minuman sehat dengan harga yang terjangkau menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program kantin sehat.4,6 Hal ini dikarenakan makanan kantin yang harganya mahal dapat mendorong para siswa untuk membeli makanan yang enak dan lebih murah di luar sekolah tanpa memperhatikan aspek gizinya.7 Manajemen harga yang tepat terkait makanan sehat dengan mempertimbangkan daya beli siswa dapat mendukung tercapainya laba sekaligus meningkatkan keberhasilan fungsi kantin sebagai penyedia makanan sehat bagi siswa, terutama di sekolah-sekolah dengan siswa dari kalangan sosial ekonomi rendah.4 Sayangnya, aspek harga ini masih jarang diperhatikan dalam penyusunan kebijakan kantin sehat di sekolah.4
Pembentukan lingkungan makan yang sehat melalui kantin tidak akan maksimal tanpa kebijakan yang mendukung. Setidaknya ada tiga kebijakan yang disarankan untuk mendukung optimalisasi program kantin sehat di sekolah. Pertama, kebijakan terkait penentuan makanan dan minuman yang dijual di kantin beserta rekomendasi harganya. Hal ini sangat penting dikarenakan selain rasa dan tampilan makanan, harga juga menjadi pertimbangan utama siswa sebelum membeli makanan.4,6,8 Kedua, kebijakan untuk melibatkan siswa dalam pengoperasian kantin sehat. Siswa dapat belajar secara langsung tentang gizi dan makanan sehat dari partisipasinya di kantin sehat.7 Selain itu, kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan suasana kantin yang sesuai dengan keinginan siswa sehingga siswa merasa lebih nyaman dan tertarik untuk membeli makanan di kantin sekolah.7,8 Kebijakan lainnya tak lain adalah mengajak guru dan staf untuk menerapkan kebiasaan makan yang sehat di sekolah. Upaya ini dapat memotivasi siswa untuk mengonsumsi makanan dari kantin sehat, sekaligus mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung perbaikan gizi siswa yang dimulai dari sekolah.
Program kantin sehat di sekolah adalah inisiatif perbaikan gizi yang potensial, namun pelaksanaannya masih belum optimal di beberapa daerah. Konsep lingkungan makan yang terdiri dari dimensi fisik, sosiokultural, ekonomi dan kebijakan menjadi konsep yang menjanjikan untuk diterapkan di sekolah sebagai upaya optimalisasi kantin sekaligus mendukung perbaikan gizi siswa.
Referensi:
- Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional. Menuju kantin sehat di sekolah. Jakarta; 2011.
- Sayekti RRNS, Istikomayanti Y, Mitasari Z. Pendidikan perilaku makan sehat melalui pengembangan kantin sehat di SMP/MTs Kota Malang. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia. 2017;1(2):49-58.
- Azizah AN, Oktanova MA. Higiene dan sanitasi kantin sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2018;15(2):615-622.
- O’Halloran S, Eksteen G, Gebremariam M, Alston L. Measurement methods used to assess the school food environment: A systematic review. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2020;17(1623):1-23.
- Mensink F, Schwinghammer SA, Smeets A. The healthy school canteen programme: A promising intervention to make the school food environment healthier. Journal of Environmental and Public Health. 2012;2012:1-8.
- Melo H, de Moura AP, Aires LL, Cunha LM. Barriers and facilitators to the promotion of healthy eating lifestyles among adolescents at school: the views of school health coordinators. Health Education Research. 2013;28(6):979-992.
- Hermans RCJ, de Bruin H, Larsen JK, Mensink F, Hoek AC. Adolescents’ responses to a school-based prevention program promoting healthy eating at school. Frontiers in Public Health. 2017;5(309):1-11.
- van Kleef E, Meeuwsen T, Rigterink J, van Triip H. Moving towards a healthier assortment in secondary and vocational school food environments: Perspectives of Dutch students and school food policy professionals. British Food Journal. 2019;121(9):2052-2066.
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/NAt6a3c3nz0
NO PESERTA LG000186