
Gersig for Healthy SMA Negeri 11 Pinrang Boarding School
August 24, 2020
Menghidupkan Kembali Perilaku Hidup Sehat
August 24, 2020ABSTRAK
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala 5L (Letih, Lemah, Lesu, Lelah, Lunglai). Akibatnya dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar. Di daerah terpencil banyak kejadian remaja putus sekolah dan adanya pernikahan dini. Dikhawatirkan terdapat remaja putri putus sekolah yang anemia sehingga menyumbang kejadian stunting di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh secara normal pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis selama 1000 Hari Pertama Kehidupan ditambah lagi dengan status gizi kurang dan kurangnya kesiapan mental pada calon ibu. Berdasarkan latar belakang tersebut, dibutuhkan upaya untuk pencegahan stunting dari usia sekolah. Program RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Penderita Anemia) sebagai pendukung pencegahan stunting melalui anak sekolah dilakukan dengan 5 tahap yaitu Penyuluhan tentang Anemia, Skrining Anemia, Pemberian Tablet Fe, Pembentukan dan pelatihan Kader RATU CERIA. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan diatas, terdapat perubahan dari siswi anemia sebanyak 19,5% menjadi 1,3%.
Kata Kunci : Anemia, Fe, kader, remaja putri, stunting
PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Menurut WHO (2000), batas normal kadar Hb anak-anak usia 5-11 tahun adalah 11,5 gr/dl. sedangkan usia 12-14 tahun adalah 12 gr/dL, sedangkan wanita lebih dari 15 tahun adalah 12 gr/dL. Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah (Masrizal, 2007).
Kekurangan zat besi (Fe) menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel tubuh dan sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala 5L (Letih, Lemah, Lesu, Lelah, Lunglai). Akibatnya dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar (Masrizal, 2007).
Upaya pencegahan anemia diatasi dengan banyak mengkonsumsi makanan kaya zat besi. Seperti hati ayam/sapi, daging sapi, daging ayam, telur, dan sayuran berwarna hijau. Sedangkan penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pencegahan infeksi cacing, pemberian Tablet Fe yang dikombinasikan dengan vitamin C. Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi, terdapat pada buah-buahan seperti jambu, pepaya, jeruk, tomat, dan mangga (DKBM, 2015).
Didaerah tepencil, banyak sekali terjadi remaja putri putus sekolah dan pernikahan dini, Hal ini dapat diakibatkan oleh kemiskinan dan pola asuh keluarga, Apabila terdapat Remaja Putri Putus Sekolah yang anemia dan tidak ditangani akan berisiko tinggi memiliki anak stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh secara normal pada anak balita. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis selama 1000 Hari Pertama Kehidupan. World Health Organisation (WHO) menetapkan batas toleransi stunting (anak bertubuh pendek) maksimal 20%. Namun, di Indonesia keadaan stunting pada balita berada pada angka 35,6% (18,5% balita dalam kategori sangat pendek dan 17,1% balita dalam kategori pendek). Dampak stunting yaitu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan; menurunnya tingkat kecerdasan; menurunnya prestasi belajar; munculnya penyakit obesitas, jantung, diabetes mellitus, dan hipertensi; dan menurunnya produktivitas. (Ismiyati, 2019)
Berdasarkan latar belakang tersebut, dibutuhkan upaya dalam pencegahan stunting melalui usia sekolah. Nusantara Sehat Team Based Batch XIV Penempatan Puskesmas Perawatan Kedi membuat suatu inovasi dengan judul RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Penderita Anemia) dalam upaya pencegahan stunting melalui anak sekolah
METODE
Metode yang digunakan adalah intervensi berupa penyuluhan, pemberian Tablet Fe dan pelatihan. Subjek yang digunakan adalah remaja putri di SMP dan SMA wilayah kerja Puskesmas Perawatan Kedi, Provinsi Maluku Utara. Puskesmas Perawatan Kedi merupakan Puskesmas dengan kategori wilayah sangat terpencil yang sudah terakreditasi Madya pada tahun 2019. Seluruh siswi diberikan Tablet Fe sebanyak 1x setiap minggu. Kegiatan dilaksanakan antara bulan Januari 2020 – Juli 2020. Instrumen yang digunakan adalah leaflet, presentasi, Tablet Fe, kartu monitoring dan evaluasi konsumsi Tablet Fe, dan ATK.
HASIL
Program RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Penderita Anemia) sebagai pendukung pencegahan stunting melalui anak sekolah dilakukan di 6 SMP dan 2 SMA di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Kedi, Maluku Utara. Program ini dilakukan dengan 5 tahap yaitu Penyuluhan tentang Anemia, Skrining Anemia, Pemberian Tablet Fe, Pembentukan Kader RATU CERIA, dan Pelatihan Kader RATU CERIA.
Tabel 1. Jumlah Siswi, Jumlah Kader RATU CERIA, dan Jumlah Siswi Anemia tingkat SMP dan SMA di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kedi Periode Januari 2020 – Juli 2020
No | Nama Sekolah | JUMLAH | |||
Siswi | Siswi Anemia | Kader RATU CERIA | Pemantauan Siswi Anemia | ||
1 | SMP Negeri 4 Halmahera Barat | 66 | 7 | 7 | 0 |
2 | SMA Negeri 4 Halmahera Barat | 84 | 18 | 7 | 1 |
3 | SMP Satu Atap 1 Halmahera Barat | 44 | 9 | 6 | 1 |
4 | SMA Kristen Berkat Anugerah Buo | 7 | 3 | 4 | 0 |
5 | SMP Negeri 38 Halmahera Barat | 8 | 0 | 4 | 0 |
6 | SMP Negeri 37 Halmahera Barat | 46 | 8 | 6 | 2 |
7 | SMP Negeri 26 Halmahera Barat | 33 | 11 | 4 | 0 |
8 | SMP Gotong Royong Baja | 9 | 2 | 5 | 0 |
JUMLAH | 297 | 58 | 43 | 4 |
Berdasarkan tabel 1. Didapatkan jumlah siswi sebanyak 297 orang dengan jumlah 43 siswi anemia (19,5%). Masing-masing sekolah memiliki kader RATU CERIA. Setelah diberikan penyuluhan anemia, pemberian Tablet Fe, pembentukan dan pelatihan kader RATU CERIA, didapatkan 4 siswi anemia (1,3%).
PEMBAHASAN
Program RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Penderita Anemia) sebagai pendukung pencegahan stunting melalui anak sekolah dilakukan dengan 5 tahap. Tahap yang pertama adalah penyuluhan tentang Anemia. Penyuluhan yang diberikan berupa pengertian, penyebab, gejala, penyebab anemia, contoh makanan tinggi zat besi dan vitamin C, makanan penghambat zat besi, akibat anemia, dan tips terhindar dari anemia.
Tahap kedua adalah Skrining Anemia. Skrining anemia dilakukan menggunakan alat POCT dan stik Hb. Skrining anemia dilakukan oleh tenaga laboratorium. Terdapat 19,5% yang mengalami anemia. Siswi yang mengalami anemia di berikan konsultasi lebih intens supaya rutin mengkonsumsi Tablet Fe dan makan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan. Setelah diberikan intervensi, terdapat siswi anemia sebesar 1,3%.
Tahap ketiga adalah Pemberian Tablet Fe. Siswi diberikan Tablet Fe sebanyak 1x setiap minggu yang akan diawasi oleh kader RATU CERIA bersama guru. Siswi diberikan petunjuk penggunaan dan diberikan kartu monev.
Tahap keempat adalah Pembentukan Kader RATU CERIA. Siswi yang terpilih menjadi kader RATU CERIA adalah perwakilan dari kelas 1 dan kelas 2 dengan pertimbangan hasil post-test penyuluhan anemia, kesediaan dan kemampuan siswi. Kader RATU CERIA bertugas untuk mengawasi teman-teman dalam rutin mengkonsumsi Tablet Fe dan sebagai kader kesehatan sebaya.
Tahap kelima adalah Pelatihan Kader RATU CERIA. Kader RATU CERIA yang telah terpilih diberikan pelatihan berupa penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif dengan pembuatan poster sederhana terkait permasalah perempuan di Indonesia serta menjelaskan cita-cita.
KESIMPULAN
Program RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Penderita Anemia) sebagai pendukung pencegahan stunting melalui anak sekolah dilakukan dengan 5 tahap yaitu Penyuluhan tentang Anemia, Skrining Anemia, Pemberian Tablet Fe. Pembentukan Kader RATU CERIA, dan Pelatihan Kader RATU CERIA. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan diatas, terdapat perubahan dari siswi anemia sebanyak 19,5% menjadi 1,3%. Diharapkan dari program ini, kader RATU CERIA dapat memberikan contoh bagi teman sebaya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri terhadap stunting.
NO PESERTA LG000354